Anggota Karang Taruna di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, berinisiatif mengumpulkan uang receh untuk membeli air. Di Sleman, DI Yogyakarta, petani ”urunan” membuat sumur bor. Warga bergotong royong mengatasi kekeringan.
Warga Dusun Kalitlawah, Ngaren, Juwangi, Boyolali, Jawa Tengah, antre mendapatkan air bersih yang dibagikan secara gratis oleh pemuda karang taruna setempat, Kamis . Musim kemarau berkepanjangan menyebabkan warga sudah lebih dari dua bulan terakhir ini kesulitan mendapatkan air bersih.
”Alhamdulillah. Tentu saja kami sangat terbantu, apalagi air ini saya dapatkan gratis. Setidaknya kebutuhan sehari ini bisa terpenuhi,” kata Sri Handayani , warga Dusun Kalitlawah, seusai mengisi semua jerikennya.Air keluar dari lubang di dasar sungai, di sekitar genangan air di Dusun Kalitlawah, Ngaren, Juwangi, Boyolali, Jawa Tengah, Kamis .
Hal serupa diungkapkan warga Dusun Kalitlawah lainnya, yakni Sutini . Sama seperti Sri, ia juga termasuk sebagai warga yang beruntung memperoleh bantuan air bersih tersebut. Ketika kemarau tiba, kekhawatiran soal kecukupan air bersih selalu dirasakannya. Lebih-lebih dusun tempatnya tinggal tergolong yang paling gersang.
“Kami sekadar ingin membantu biar uang yang kecil-kecil ini bisa dirasakan manfaatnya bagi warga sekitar. Soalnya, bantuan juga tidak datang setiap hari,” kata Zaenuri, yang baru berusia 25 tahun itu. Namun, di tengah kondisi tersebut, petani di Desa Tirtomartani bersyukur karena mereka tetap memiliki ”cadangan” air lainnya. ”Kami memiliki sumur bor di ladang yang bisa diandalkan untuk mengairi tanaman di ladang,” ujar Andreas Eko , salah seorang petani, anggota kelompok tani Rukun di Desa Tirtomartani.
Sekalipun mendapatkan air dari sumur bor, tanaman di lahan memang tidak bisa diharapkan tumbuh seoptimal pada kondisi normal saat masih ada curah hujan. Selain karena siraman air irigasi tetap kurang optimal karena debit air dari sumber-sumber air lainnya menyusut drastis, pertumbuhan ideal pun tidak bisa diharapkan karena masih ada sejumlah hama pengganggu yang bermunculan. Namun, Andreas tetap merasa bersyukur karena sumur bor dapat membantu menghindari risiko terjadinya kekeringan.
Eko Jamal , petani, anggota dari Kelompok Tani Ngudi Mulyo Kedulan, mengatakan, ada empat hingga lima petani rekannya yang kemudian berinisiatif mengumpulkan iuran untuk bersama-sama membiayai dan membangun sumur bor mereka sendiri.